Mimpi Menyamai Harvard
Langit cukup cerah pagi itu. Namun hangatnya sinar mentari tak mampu mengusir hawa dingin yang menusuk tulang. Kota Cambridge yang terletak di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat itu memang sedang mengalami musim gugur. Suhunya sekitar 6 derajat celcius.
Ratusan muda-mudi hilir mudik dengan tas gendongnya. Dari gaya pakaian dan buku-buku yang ditenteng, sudah dapat dipastikan mereka adalah mahasiswa. Di kota ini memang terdapat kampus ternama sejagad raya, Harvard University. Kampusnya orang-orang penting saentero dunia. Presiden Barrack Obama dan tujuh presiden Amerika lainnya pernah menuntut ilmu di sini. Ban Ki-moon, Al Gore, Lee Hsien Loong, Donald Tsang, adalah deretan pemimpin dunia yang sempat merasakan bangku kuliah Harvard. Di Indonesia sendiri ada Gita Wirjawan, Agus Harimurti Yudhoyono, Arif Budiman, dan puluhan tokoh penting lainnya yang juga jebolan kampus ini.
Universitas swasta yang masuk dalam kelompok “Ivy League” ini memang memiliki kampus yang mentereng, dengan fasilitas yang super lengkap. Gedung-gedung tua berwarna merah bata berjejer rapi mengelilingi Harvard Yard yang penuh dengan daun berserakan. Di sisi lainnya, deretan toko dan restoran di Harvard Square memanjakan mahasiswa dan pengunjung kampus tertua di Amerika ini. Perpustakaan Harvard adalah perpustakaan akademik terbesar di Amerika. Tak ayal, kualitas pendidikannya juga nomor wahid.
Bagaimana Harvard bisa “semegah” itu? Ternyata, salah satu sumber pendanaan Harvard adalah dana abadi (endowment fund) yang dimiliki universitas. Pada tahun 2013, dana abadi yang dihimpun Harvard mencapai USD 32 milyar, atau setara dengan Rp384 trilyun. Angka ini sebanding dengan 20 persen APBN Indonesia di tahun 2015.
Lalu apa itu endowment fund? Dana abadi menurut James Tobin, adalah “the guardians of the future against the claims of the present. It is to preserve equity among generations”. Yang berarti sebagai “penjamin masa depan terhadap tuntutan masa sekarang. Hal ini untuk melindungi hak keadilan antargenerasi”. Secara sederhana kita dapat mengartikannya sebagai dana yang kebermanfaatannya panjang dan terus mengalir. Dalam Islam, kita mengenalnya dengan wakaf.
Di Indonesia, pada tahun 2013 total dana abadi untuk pendidikan baru bisa terkumpul sebanyak Rp10, 617 triliun dan menjadi Rp24 triliun di tahun 2014. Dana itu pun berasal dari ABN, yang disisihkan dari pos anggaran fungsi pendidikan. Berbeda dengan kampus di luar negeri yang mampu menggalang dana abadi dari masyarakat dan alumni.
Direktur STF UIN Jakarta, Prof. Dr. Jamhari mengakui, rasa “iri” kepada perguruan tinggi besar di dunia seperti Harvard University menjadi motivasi tersendiri ketika mendirikan STF UIN Jakarta tahun 2012 lalu. “Kami memiliki mimpi besar bagaimana UIN Jakarta bisa menjadi ikon kebanggaan umat Islam Indonesia. Salah satu caranya adalah dengan memiliki dana abadi yang sangat besar. Dana abadi itu bisa menopang biaya operasional dan pengembangan pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,” terangnya.
Mimpi besar itu kemudian dirajut melalui langkah-langkah sederhana, menghimpun dan mengoptimalkan kedermawanan masyarakat. Potensi kedermawanan yang sangat besar di masyarakat harus bisa didayagunakan agar dapat membawa manfaat untuk masyarakat luas. “Untuk memulainya, kami mengajak kolega terdekat dari dosen dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah untuk menyisihkan sebagian rezekinya melalui STF UIN Jakarta. Ada yang berdonasi Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, dan seterusnya.”
Perlahan namun pasti, kepercayaan masyarakat terhadap STF UIN Jakarta semakin meningkat. Pada tahun 2014 lalu, dana yang berhasil dihimpun dan dikelola STF UIN Jakarta mencapai Rp 2,1 milyar. Dana itu berasal dari donasi individu, grant dari lembaga donor, serta penjualan barang donasi di Charity Store. Khusus untuk endowment, dana yang terhimpun sejak 2012 mencapai Rp 531 juta.
Dana ini dikelola untuk berbagai program yang dijalankan STF UIN Jakarta seperti beasiswa, dana talangan pendidikan, dan Tabungan Kesehatan Masyarakat (Bungkesmas). Pada tahun 2015 ini, STF UIN Jakarta akan menghimpun dana endowment untuk pembangunan Philanthropy Tower. Gedung ini selain dimanfaatkan untuk pengembangan filantropi, juga akan digunakan untuk komersil, seperti apartemen, balai pertemuan, dan fasilitas komersial lainnya. Keuntungannya akan digunakan untuk beasiswa dan berbagai program sosial lainnya. [fah/mir]