Membahas soal gerakan kemanusiaan, tentu tidak terlepas dengan kegiatan penggalangan donasi (fundraising). Pada praktiknya, kegiatan fundraising yang dilakukan di lingkungan lembaga pendidikan juga menemui beragam kendala dan tantangan bagi para fundraiser (pelaku penggalang donasi). Kendala yang dihadapi seperti kurangnya kepercayaan calon donatur kepada lembaga sosial, program yang ditawarkan kurang menarik bagi calon donatur, serta mindset dari para fundraiser yang merasa mengajak orang lain untuk berdonasi adalah perbuatan yang ‘hina’.
Masalah-masalah yang ditemui oleh para fundraiser ini kemudian dibahas dalam program Sarasehan yang bertemakan Donasi Kemanusiaan: Fundraising Pada Ranah Lembaga Pendidikan, pada Rabu (25/10). Berbeda dengan Bapak Tomy Hendrajati dari Program Director at Humanitarian Foundation Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), “Mengajak orang untuk ikut berdonasi merupakan perbuatan yang mulia, bukan perbuatan yang hina”. Bapak Tomi diundang sebagai pembicara untuk berbagi ilmu dan pengalamannya tentang fundraising kepada civitas akademika UIN Jakarta.
Alasannya, dengan bergabung dalam suatu lembaga dan mengajak orang lain untuk berdonasi, bisa mengumpulkan dana dengan jumlah yang lebih besar. Sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih banyak kepada sesama. Menurut Bapak Tomy, fundraising bukan hanya menggunakan ilmu lapangan saja, seperti bertemu langsung dengan donatur untuk mengajak donasi. Tapi, fundraising harus diiringi dengan ilmu marketing. Tujuanya, agar bisa mendapatkan donatur yang tepat sasaran, juga teknik menawarkan program yang variatif dan berbeda dari lembaga lainnya.
Ia menambahkan, teknik mencari donatur dan mempertahankan donatur untuk bisa terus berdonasi juga penting untuk dipelajari. Menurutnya, hal ini diwujudkan dengan membangun kepercayaan donatur. “Tugas fundraiser selanjutnya yaitu memantaskan diri untuk bisa diberi kepercayaan oleh donatur,” ujar Bapak Tomy di Ruang Serbaguna Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Jakarta.