Beranda Agenda Rombongan IYLC Kunjungi Rumah Ibadah Buddha

Rombongan IYLC Kunjungi Rumah Ibadah Buddha

1814

Sebanyak 29 peserta International Youth Leadership Camp 2018 (IYLC) yang terdiri dari sepuluh mahasiswa lokal dan 19 mahasiswa asing yang berasal dari beberapa negara, di antaranya Afghanistan, Thailand, Kanada dan Gambia berserta rombongan mengunjungi rumah ibadah agama Buddha yang berada di Desa Tonjong Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat (2/2/2018).

Kunjungan tersebut menjadi agenda pertama dalam rangkaian acara IYLC 2018 yang diselenggarakan oleh Social Trust Fund (STF) yang dinaungi oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM ) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlangsung pada Jumat-Senin (2-5/2/2018).

Kunjungan tersebut disambut serta dipandu oleh pengurus wihara, Andrean. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa tempat ibadah ini sudah sering dijadikan tujuan wisata religi dan kebudayaan oleh beberapa komunitas, mahasiswa dan sekelompok orang tertentu. Tidak hanya dijadikan sebagai tempat kegiatan agama Buddha, wihara itu juga sering dijadikan tempat untuk menyelenggarakan hari besar agama lain, seperti Isra’ Miraj dan Natal.

“(Yang datang) tidak hanya dari agama Buddha sendiri, agama lain pun seperti Islam dan Katolik sering datang ke sini untuk berkunjung dan menambah wawasan tentang wihara ini,” ungkap Andrean, pengurus wihara.

Senada dengan Andrean, Sekretaris Program IYLC 2018 Emi Ilmiah, menginginkan para perserta untuk aktif bertanya seputar wihara ini. Tujuannya, selain menambah wawasan juga diharapkan tumbuh rasa toleransi yang tinggi antar umat beragama.

Dalam kesempatan tersebut perserta IYLC 2018 dipaparkan beberapa fakta seputar wihara tersebut, di antaranya alasan kenapa patung Buddha itu tertidur dengan posisi miring ke kanan.

“Alasan dibangunnya patung Buddha dalam posisi tertidur karena posisi itu adalah posisi saat  Siddharta Gautama (nama lahir Buddha) meninggal. Jadi, cara kami menghormatinya kita buatkan patung Buddha dalam posisi tertidur,” jelas Anderan.

Semenjak dibangun pada 2012, wihara itu menjadi simbol kerukunan umat beragama di sekitar kompeks wihara. Umat Muslim dan umat Buddha di sana saling memiliki rasa toleransi yang tinggi sehingga tercipta kerukunan yang harmonis dan saling menghormati. (Kenal)

TIDAK ADA KOMENTAR