STF News— STF UIN Jakarta dan beberapa Lembaga Kemanusiaan Nasional, yang tergabung dalam Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar. Lembaga lainnya meliputi Muhammadiyah Aid, DT Peduli, Laznas LMI, Nurul Hayat, YDSF, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Laznas DDII, dan PKPU HI.

IHA merupakan aliansi yang beranggotakan lembaga kemanusiaan  di  Indonesia  dan  didukung  Kementerian  Luar  Nageri  RI.  Forum  ini  berupaya memberikan bantuan kemanusiaan untuk  masyarakat yang terdampak konflik di Myanmar. Adapun misi dari aliansi ini adalah membantu perdamaian dan rekonsiliasi dua komunitas di Myanmar yang bersengketa melalui bantuan kemanusian.

Sebelumnya, pada  28  Oktober  2018 lalu,  IHA  melakukan  peletakan  batu  pertama  program pembangunan 10 sekolah di township di Rakhine State untuk komunitas muslim dan Budha. Pembangunan  sekolah  sudah  dilakukan  bekerjasama  dengan  PADI/ARF.  Proses pembangunan  sekolah  ini  dilakukan  secara  bertahap  yang  disesuaikan  dengan  izin  yang diajukan  kepada  pemerintah  Myanmar oleh Partner Lokal..

Berikut program yang sudah disusun IHA program Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Relief, dan Livelihood . IHA merencanakan  pembangunan 13 Sekolah, Penyediaan Fasilitas Belajar, Pelatihan Guru & Insentif Guru. Saat ini, bangunan sekolah yang sudah dibangun sebanyak 3 unit. Program Pembangunan akan dilaksanakan selama durasi  1 tahun (10 November 2018 – 10 November 2019).

Selanjutnya, Program Ekonomi, dalam tahap proses Negosiasi Pembangunan Balai Latihan Kerja, Pembangunan 30 Lapak Dagang), Program Relief (Dilakukan Reguler – Ramadhan & Qurban), Program Kesehatan (Masih Penjajagan Program), dan Program livelihood.

Adapun beberapa kendala yang dialami saat di lapangan, seperti Myanmar memiliki 3 musim panas, dingin, dan moonsoon, sehingga beberapa lokasi mempertimbangkan musim. Terkadang terjadi eskalasi konflik antara ekstrimis dan millitary. Proses perizinan tidak dapat dilakukan serentak, dan harus bertahap.

Kemudian solusi yang ditawarkan yaitu, membangun kemitraan (untuk menunjang program, IHA menggandeng mitra lokal sebagai pelaksana program di lapangan), dukungan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) (memfasilitasi proses administrasi), dan dukungan Kementerian Luar Negeri (membangun kemitraan dengan pemerintahan Myanmar dan UEHRD)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here