Membincang tentang Pandemi, Perempuan dan Filantropi tentu sangat menarik dan hampir tidak ada habisnya. Bagaimana peran pegiat filantropi perempuan khususnya dalam membantu masyarakat sekitar dan lebih luas? Peran perempuan saat ini sudah semakin berkembang dari waktu-waktu sebelumnya, dimulai dari peran perempuan dalam keluarga dalam menentukan kebijakan, kesempatan menempuh pendidikan tinggi dan lapangan kerja, serta keterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan yang lebih luas.
Social Trust Fund UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Kembali mengadakan acara webinar bertemakan Pandemi, Perempuan dan Filantropi pada Jumat (16/10) melalui aplikasi Zoom dan YouTube Streaming. Kegiatan tersebut menghadirkan tokoh-tokoh yang telah banyak mengabdikan diri dalam bidang sosial kemanusiaan seperti Prof. Dr. Amelia Fauzia, MA selaku Direktur dan Pendiri STF UIN Jakarta, Indah Prihanande, S.E Direktur LAZ Harapan Dhuafa (Harfa) Banten, Siti Nuraeni, M.Ed Volunteer dan Pendiri Tim Brebes Mengabdi.
Siti Nuraeni atau yang akrab disapa Eni mendapatkan kesempatan pertama untuk menceritakan tentang perannya hingga bisa terwujud Tim Brebes Mengabdi. Awalnya di tahun 2016 saat ia masih menjadi mahasiswa tingkat S1 di UIN Jakarta menjadi perwakilan Indonesia untuk mengikuti sebuah kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Amerika dan India dalam membentuk suatu proyek kemanusiaan. Lantas Eni yang berasal dari Jawa Tengah khususnya Kabupaten Brebes mencoba untuk mengumpulkan para mahasiswa Brebes yang sedang merantau di Jakarta untuk melanjutkan kuliah dan membahas kegiatan kemanusiaan yang bisa diwujudkan di daerahnya.
Ia yang berlatar belakang mahasiswa dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sangat fokus pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sehingga itulah program yang ditawarkan untuk wilayah Brebes Selatan yang terbilang cukup tertinggal dari daerah lainnya. Mimpi Eni telah terwujud atas peran aktif dari para volunteer, masyarakat dan pemangku kebijakan sekitar, “Awalnya beberapa ibu-ibu juga terbilang tidak mendukung anak-anak untuk belajar di Paud, malah sekarang mereka yang menjadi guru-guru di Paud.”
Lain dengan Eni, Indah Prihanande atau yang akrab disapa Indah mengungkapkan kondisi masyarakat di wilayah binaan Laz Harfa yang dulunya masih buang air besar sembarangan. Tentunya hal ini sangat berdampak pada kesehatan masyarakat. “Kebiasaan seperti ini juga merugikan kaum perempuan. Mereka bisa membuka aurat dimana saja, terutama bagi yang sedang hamil jika tengah malam ingin membuang air itu membahayakan kecuali jika ada suami yang menemani,” ujar Indah.
Cara Laz Harfa tidak dengan membangun toilet, Indah menjelaskan bagaimana mengubah mindset masyarakat tentang edukasi dan pemahaman bahwa buang air sembarangan itu menjijikan dan tentang menjaga harga diri. Laz Harfa telah berhasil membuat masyarakat bukan hanya teredukasi tapi juga membangun toiletnya dengan biaya sendiri. Sampai dengan saat ini telah lebih dari 53.000 masyarakat yang sudah teredukasi oleh Laz Harfa.
Apalagi di saat pandemi seperti ini, Indah menjelaskan bagaimana dalam mengedukasi masyarakat dari rumah ke rumah dengan tetap mematuhi protokol Covid-19. Indah juga mengedukasi masyarakat agar bisa saling peduli jangan sampai ada warga yang kelaparan. Juga bagaimana menghidupkan ekonomi masyarakat desa dengan memanfaatkan lahan di daerah dan membeli bahan makanan di wilayah desa.
Prof. Dr. Amelia Fauzia, MA yang juga sebagai peneliti dalam bidang filantropi mengungkapkan fenomena keterlibatan perempuan sebagai donor maupun pegiat dalam bidang filantropi sangat besar. Pada ranah internasional misalnya telah banyak penelitan yang mengungkapkan sudah masuk dalam beberapa artikel ilmiah bahwa fenomena donor perempuan, filantropist dan lain sebagainya. Peran perempuan yang telah bergeser menjadi lebih dinamis dalam pergerakannya dan presentase perempuan di dalam kegiatan-kegiatan filantropi telah seimbang dengan laki-laki.
Dalam ranah lokal, seperti halnya yang diceritakan oleh Indah dari Laz Harfa, Amelia setuju bahwa peran perempuan kelas menengah telah banyak andil dalam hal filantropi. “Ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU juga melibatkan peran perempuan dalam organisasinya dan gerakan filantropi. UMKM misalnya dalam penelitian Muslim Mom Preneurs, banyak sekali melibatkan perempuan dalam pergerakan ekonomi yang sudah sampai pada ranah digital,” ujarnya.
Selain itu menurut Amelia perempuan juga bisa menjadi pegiat-pegiat filantropi yang tangguh. Hal ini terbukti di lembaga filantropi yang bukan berbasis pemerintah peran perempuan sangat besar. Hingga perumpuan bisa menduduki posisi direktur dan CEO dari lembaga yang memiliki peran besar dalam pengambilan keputusan.