Geliat perkembangan ekonomi dengan memanfaatkan teknologi digital seperti sekarang diharapkan bisa memberikan pengaruh positif yang lebih inklusif dengan meningkatnya nilai-nilai toleransi di antara masyarakat. Selain itu, kegiatan ekonomi tidak hanya dilakukan oleh sosok laki-laki sebagai pemberi nafkah, namun juga perempuan yang bisa membantu memenuhi bahkan meningkatkan kondisi ekonomi keluarga. Sayangnya, para perempuan pelaku usaha belum bisa memaksimalkan potensinya dalam mengunakan teknologi digital salah satu faktornya adalah belum meratanya literasi digital.
Social Trust Fund (STF) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berkolaborasi dengan UNSW Australia melihat fenomena di atas melalui riset aksi dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Perempuan Berbasis Teknologi Digital dan Nilai Toleransi”. Riset ini terlaksana sepenuhnya sejak Oktober 2018 atas dukungan dari Ford Foundation dan Kementerian Dalam Negeri RI dan dilakukan di tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
Acara seminar hasil penelitian yang diselenggarakan pada Rabu (8/4/2021) dihadiri secara virtual melalui zoom oleh para pelaku usaha perempuan dan institusi yang terlibat dalam penelitian aksi tersebut. Hadir dari para peneliti, yaitu Prof. Amelia Fauzia, MA, Ph.D (Direktur STF UIN Jakarta), Assoc. Prof. Minako Sakai (UNSW Australia), dan Dr. Felix Ter Chian Tan (UNSW Australia). Turut hadir membuka acara Prof. Dr. Amany Lubis, Lc, MA (Rektor UIN Jakarta), Ibu Adyani Widowati (Ford Foundation Indonesia), Serta pembahas dari berbagai latar belakang seperti Prof. Dr. Azyumardi, MA, CBE (Intelektual Muslim Indonesia), Sutarmo, SE, MM, (Kemenkop UKM), dan DR. Ir. Pribudiarta Nur Sitepu, M.M. (Kementerian PPPA). Acara tersebut dimoderatori oleh Dr. Dzuriyatun Toyibah, M.Si., M.A (Dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta).
Prof. Amelia Fauzia, M.A, Ph.D selaku ketua tim peneliti yang juga menjabat sebagai Direktur STF UIN Jakarta mengungkapkan hasil temuan dalam tiga kategori utama yakni 1) kondisi perempuan pelaku UMKM, karakteristik dan legalitas usaha yang dimiliki; 2) pemanfaatan teknologi digital oleh perempuan pelaku usaha serta dampak teknologi terhadap bisnis yang mereka jakankan dan 3) temuan terkait kewirausahaan dan toleransi budaya.
Prof. Amelia dan tim menemukan bahwa para perempuan pelaku usaha memiliki potensi mempromosikan toleransi dan inklusiftas. Pemberdayaan ekonomi perempuan berbasis digital teknologi menjadi upaya alternatif untuk mempromosikan toleransi. Upaya ini juga menjadi wadah interaksi antar institusi yang berbeda untuk membangun sebuah komunitas yang inklusi, ungkapnya. Prof. Dr. Azyumardi Azra, salah satu pembahas seminar tersebut menyetujui temuan tersebut. Menurutnya, penelitian ini mematahkan mitos atau asumsi bahwa perempuan Muslim Indonesia mengalami domestifikasi. Sebaliknya, penelitian ini membuktikan bahwa perempuan memiliki kemandirian dan kebebasan untuk berkontribusi secara ekonomi. Penelitian ini disambut baik oleh bapak Sutarmo, SE, MM, dari Kemenkop UKM dan DR. Ir. Pribudiarta Nur Sitepu, M.M. dari Kementerian PPPA. Menurut mereka, penelitian ini dapat membantu Kementerian untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan para perempuan pelaku usaha.
Penelitian ini sangat penting, menurut Assoc. Prof. Minako Sakai (UNSW Canberra), karena menjadikan Indonesia contoh yang baik bagi negara lain yang masih mengalami diskriminasi terhadap perempuan. Dr. Felix Ter Chian Tan (UNSW Sydney) menambahkan bahwa penggunaan teknologi digital meningkat di Indonesia dan menjadi manfaat bagi peningkatan pemasaran produk para pelaku usaha.
Mewakili the Ford Foundation Indonesia, ibu Adyani Widowati sangat senang dengan penelitian ini karena sejalan dengan misi Ford Foundation yaitu mengurangi ketidakadilan, memperkuat nilai-nilai demokrasi, mendorong Kerjasama Internasional dan mengedepankan upaya pencapaian kemanusiaan. Acara ditutup dengan pemberian sertifikat kepada para mitra dan peserta pelatihan, diikuti dengan pemberian door prize berupa asuransi Bungkesmas selama satu tahun kepada lima penanya terbaik.
Riset Aksi
Penelitian riset aksi dilakukan sejak Oktober 2018, dengan pendekatan multidimensi yaitu studi Islam, sosiologi, antropologi, ekonomi, dan teknologi informasi. Kegiatan utama dari riset aksi ini meliputi pengumpulan data, pilot project, dan analisis. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu: FGD (Focus Group Discussion), dokumen, wawancara mendalam atau in-depth interview kepada 110 orang yang terdiri dari perempuan pelaku usaha, pemerintah, pegiat dan pendamping UMKM yang terdiri dari mahasiswa dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Alaudin Makassar, dan Universitas Nahdatul Ulama NTB, serta melakukan kegiatan observasi.
Selanjutnya untuk kegiatan pilot project yang dilakukan di 11 desa dan 6 kabupaten yakni: Tasikmalaya dan Cianjur (Jawa Barat), Lombok Tengah dan Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), Bantaeng dan Enrekang (Sulawesi Selatan). Pilot project dilaksanakan melalui lima tahapan yakni: kerjasama, TOT untuk pendamping, Training bagi UMKM perempuan, pendampingan dan monitoring. Materi training tersebut meliputi pembuatan akun gmail, akun google bisnisku, akun bukalapak, facebook dan Instagram. Pada masa pandemi kegiatan observasi dilakukan secara virtual sejak Oktober sampai dengan Desember 2020 dengan tiga pelatihan secara daring 1) 11 November 2020 materi dasar fotografi, 2) 22 November 2020 materi fotografi lanjutan, 3) 20 Desember 2020 materi content marketing.