Beranda COVID-19 4 Varian Coronavirus Penyebab Terjadinya COVID-19

4 Varian Coronavirus Penyebab Terjadinya COVID-19

827

Virus terus-menerus berubah dan melakukan mutasi. Varian virus baru diperkirakan akan terus muncul, terkadang varian baru yang muncul kemudian akan menghilang. Tetapi, varian baru juga bisa tetap ada dan terus berkembang. Berbagai varian virus penyebab COVID-19 telah didokumentasikan oleh berbagai lembaga kesehatan di berbagai belahan Dunia selama pandemi ini.

Jika kita berpikir tentang jenis-jenisnya, virus itu seperti pohon yang tumbuh dan bercabang; setiap cabang di pohon sedikit berbeda dari yang lain. Dengan membandingkan cabang-cabangnya, para ilmuwan dapat memberi label berdasarkan perbedaannya. Perbedaan atau varian kecil ini telah dipelajari dan diidentifikasi.

Beberapa variasi memungkinkan virus menyebar lebih mudah atau membuatnya kebal terhadap pengobatan atau vaksin. Varian-varian tersebut harus dipantau lebih cermat untuk mencegah penyebaran yang tidak dapat dikendalikan seperti sebelumnya.

Berikut adalah beberapa varian virus penyebab COVID-19 berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention:

  1. B.1.1.7 (Alpha): Varian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada Desember 2020. Awalnya terdeteksi di Inggris.
  2. B.1.351 (Beta)Varian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada akhir Januari 2021. Awalnya terdeteksi di Afrika Selatan pada Desember 2020.
  3. P.1 (Gamma)Varian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada Januari 2021. P.1 awalnya diidentifikasi pada seorang turis dari Brasil, yang diuji selama penyaringan rutin di bandara di Jepang, pada awal Januari.
  4. B.1.617.2 (Delta)Varian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada Maret 2021. Awalnya telah diidentifikasi di India pada Desember 2020.

Varian Delta tampaknya menyebar lebih mudah dan cepat daripada varian lain, yang dapat menyebabkan lebih banyak kasus COVID-19. Peningkatan jumlah kasus akan menambah beban pada sumber daya perawatan kesehatan, menyebabkan lebih banyak rawat inap, dan berpotensi lebih banyak kematian.

 

TIDAK ADA KOMENTAR