Pada Pertemuan ketiga ini Social Trust Fund mengangkat tema “Menyelami Lubuk Tasawuf: Modernisasi dan Spiritualitas” Dalam kesempatan tersebut STF menghadirkan dua orang Narasumber yang sangat ekspertis di bidangnya yaitu Prof. Dr. Kamaruddin Hidayat (Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) dan Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta) dan Narasumber kedua yang tidak kalah Hebatnya yaitu Prof. Dr. Rd. Mulyadhi Kartanegara (Guru Besar Filsafat Islam dan Tasawuf, UIN Jakarta).
Tasawuf mempunyai peranan penting dan fungsi yang vital dalam pengembangan hidup manusia dengan segala amalan yang ada. Tasawuf merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya saat ini semakin dirasakan, tasawuf juga merupakan bidang keilmuan yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek kerohanian manusia untuk memberikan perbaikan akhlak dan spiritualitas.
Perhatian terhadap pentingnya Tasawuf kini muncul kembali apalagi di zaman modern yang dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius maka di tengah problema masyarakat modern Tasawuf mempunyai potensi besar dalam peningkatan spiritualitas.
Prof kamaruddin memberikan pengantar bahwa dikalangan para akademis saat ini menyadari banyaknya realitas dan permasalahan yang memberikan kegelisahan dalam beragama, dalam menyikapi itu ada 3 kalangan yang di temukan yaitu Pertama ada yang tidak siap menghadapi keragaman dan merasa terancam, kedua ada yang hanya melihat dari sisi luar sehingga dalam beragama merek menjadi insyekyur, dan ketiga ada yang bahkan melebur ke dalamnya. Padahal sejatinya dalam beragama dapat menjadikan diri mendapat the widdle to know sehingga mendapatkan dorongan untuk meningkatkan krusialitas pengetahuan kemudian Prof kamaruddin berpesan bahwa dalam beragama sebaiknya kita perlu penuh percaya diri, senang, dan memberikan aura positif. Ketika seseorang memiliki dorongan untuk meningkatkan pengetahuan maka seseorang akan semakin menjaga sikap dan prilaku terhadap sesama.
Prof Kamaruddin juga menyampaikan bahwa itu Tasawuf mengembalikan kekuatan rohaniah yang mungkin saat ini telah terkontaminasi dengan modernisasi dan kapitalisme.
“Bicara tentang tasawuf adalah berbicara tentang bagaimana cara mengembalikan pengendalian diri untuk mendahulukan hati atau Rohaniah dimana saat ini banyak yang mendahulukan nalar dan mengabdi kepada ambisi duniawi” Ujarnya.
lalu bagaimana rohaniah bisa menjadi pengendali atau power full yaitu dengan cara hati atau rohaniah seseorang harus terkoneksi dengan Tuhan sehingga dalam bertindak mendahulukan kekuatan rohani.
Selanjutnya, Prof Mulyadhi menyampaikan Bagaimana Tasawuf itu dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan spiritualitas kepada masyarakat dan bagaimana Tasawuf bisa berfungsi sebagaimana tantangan yang ada.
Dalam kehidupan dapat kita dapat mengambil hal hal baik dari tasawuf salah satunya dengan Katarsis (Tazkiyat al-Nafs) yaitu dengan tiga tahap takhalli (pengosongan diri dari segala kotoran), Tahalli (penghiasan diri dengan akhlak yang mulia), dan Tajalli (terpantulnya sifat sifat baik tersebut dari sikap atau tingkah laku seseorang).
Lebih lanjut dalam sesi Tanya jawab Prof Mulyadhi memberikan penjelasan bagaimana cara menghindari penyimpangan Tasawuf yaitu dengan cara menyelaraskan atau menyeimbangkan Tujuan dan Cara mendapatkan sesuatu dengan tetap berpegang teguh pada ajaran Rasulullah. “Peganglah ajaran rasulullah sebagai Contoh” Ujarnya.
Begitu banyak pelajaran dan pengetahun yang bisa kita dapatkan dari penyampaian kedua Narasumber yang sangat hebat tersebut. Semoga apa yang dapat kita ambil bisa menjawab berbagai pertanyaan terkait tasawuf, spiritualitas, dan modernisasi juga dapat bermanfaat untuk diri kita sendiri dan orang lain sebagaimana harapan Social Trust Fund sebagai penyelenggara event ini.
Penulis: Siti Nabila Maharani, Fakultas Syariah dan Hukum