Pada Kamis, 21 April 2022 yang lalu Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta telah melaksanakan Shortcourse “Belajar Islam untuk Profesional (Bispro)” sesi kelima yang berjudul “Orangtua Milenial dan Parenting Islam di Abad Informasi”. Kegiatan ini merupakan sesi kelima serial Bispro. Tujuan dari sesi kelima ini adalah untuk memberi insights kepada para profesional dan masyarakat umum tentang orang tua milenial dan parenting Islam. Era kemajuan teknologi dan informasi saat ini merupakan tantangan bagi para orang tua milenial dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Akibatnya, orang tua generasi pertama peradaban millenial ini tentu saja belajar untuk menyelaraskan pola asuhnya seiring dengan perubahan zaman. Pada sesi kelima ini mengupas tuntas bagaimana cara orang tua milenial dapat menerapkan parenting Islam yang paling tepat bagi anak dan keluarganya di tengah kemajuan teknologi dan informasi bersama Muhammad Zuhdi, M.Ed., Ph.D., Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Ketua LPM UIN Jakarta.
Pada sesi kelima, Zuhdi menyampaikan bahwa, “..anak-anak mudah dipengaruhi oleh orang lain, dipengaruhi oleh orang tuanya, dipengaruhi oleh lingkungannya, dipengaruhi oleh gurunya, dipengaruhi oleh tontonannya, dipengaruhi oleh apa yang dibaca dan seterusnya. Ketika berbagai pengaruh itu masuk ke dalam diri anak-anak, maka akan memengaruhi pembentukan diri. Bagi anak-anak seringkali pengaruh orang lain itu sangat kuat, sehingga kadang-kadang, menutupi potensi sesungguhnya yang ada pada diri anak. Oleh karena itu, penting yang pertama kita kenalkan adalah konsep diri pada anak…”. Konsep diri sangat penting untuk dikenalkan dan diajarkan kepada anak sejak dini, supaya anak-anak dapat memandang, menilai dan memiliki persepsi yang positif mengenai dirinya.
Kedua, penting bagi orang tua untuk mengenalkan dan mengajarkan anak untuk memiliki tujuan. Seringkali kita menjumpai anak yang belum memiliki tujuan, seperti kebingungan ketika hendak melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, kebingungan dalam menentukan arah hidup dan sebagainya. Maka dari itu, orang tua berperan untuk mengenalkan kepada anak tentang pentingnya memiliki tujuan sebagaimana yang disampaikan Zuhdi dalam paparannya bahwa, “..salah satu caranya adalah dengan menanyakan cita-citanya…” Hal tersebut dilakukan dalam rangka menstimulus anak untuk mulai memperhatikan dan membuat tujuan dalam hidupnya.
Selanjutnya orang tua mengenalkan kepada anak nilai mandiri, ingin tahu, manajemen waktu dan menikmati hidup. Hal ini perlu dilakukan guna membentuk pribadi anak yang lebih baik dengan harapan dapat memaksimalkan potensi yang ada pada dalam dirinya. Zuhdi menyatakan, “..yang keenam, mungkin jarang orang lakukan dan jarang orang ajarkan adalah enjoying life, bagaimana menikmati hidup. Menikmati hidup itu bukan berarti berpura-pura, berfoya-foya, tetapi bagaimana membuat pikiran itu rileks dan tidak selalu atau tidak melulu dihantui oleh sesuatu yang menakutkan…” Sebagaimana anak tak selamanya hidup bersama kedua orang tuanya, keluarganya atau kerabatnya, hidup tak selamanya menjadi anak-anak, hidup tak selamanya menyenangkan karena suka duka akan datang silih berganti dan waktu terus bergerak mendewasakan diri, sehingga menanamkan nilai-nilai tersebut menjadi penting bagi orang tua, demi membentuk pribadi anak yang berkualitas sejak dini.
Pada sesi kelima, Zuhdi juga menyampaikan prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam mendidik anak yakni anak dilahirkan dengan fitrah, orang tua sebagai pembimbing dan panutan (role model), mendidik dengan penuh kebaikan dan kasih sayang, Agama sebagai rujukan yang baik dan buruk dan tanggung jawab. Prinsip tersebut harus kita pegang sebagai landasan dalam mendidik anak. Adapun orang tua tentunya memiliki kewajiban untuk mendekatkan anak dengan Allah dengan cara menumbuhkan keyakinan (tauhid), bermohon kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah, menemukan intervensi Allah dan bersyukur kepada Allah.
Pada akhir paparannya, Zuhdi menyampaikan, “Kita semua menjadi orang tua karena tuntutan, tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua, sekolahnya itu sekolah kehidupan. Oleh karena itu, saya sendiri termasuk masih belajar untuk menjadi orang tua yang baik, mungkin bagi anak saya, saya masih memiliki banyak kekurangan tetapi dengan niat tadi dengan keinginan untuk belajar, memperbaiki diri dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita, kita jadikan anak kita sebagai rasa syukur kita, sebagai amanah dari Allah maka kita akan usahakan yang terbaik dan yang terbaik itu belum tentu yang ternyaman, kadang-kadang ada kebaikan yang tidak nyaman, ya itu harus kita lalui, yang penting kita melakukan itu memang untuk kebaikan. Kita dan kebaikan anak-anak kita.”
Berdasarkan sesi kelima Bispro, dapat kita simpulkan bahwa mendidik anak memang bukanlah hal yang mudah, tetapi hal tersebut sudah menjadi kewajiban yang harus ditunaikan bagi orang tua, sebagaimana kita hidup beragama, maka proses pendidikan anak oleh kedua orang tua di lingkungan keluarga harus berlandaskan pada nilai Agama. Mulai dari menanamkan konsep diri, memiliki tujuan, mandiri, memupuk rasa ingin tahu, manajemen waktu hingga menikmati hidup dengan berpegang pada prinsip serta mendekatkan anak kepada Allah sejak dini. Meski terlihat berat dan terkadang membuat tidak nyaman, serangkaian hal tersebut harus kita lakukan demi membentuk pribadi anak yang berkualitas di dunia dan akhirat. Semoga kita semua dapat menjadi orang tua yang amanah dan bertanggung jawab serta memperoleh rida-Nya di dunia dan di akhirat.
Penulis: Arya Saputra Ramadani, Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan