Semua agama samawi di dunia ini datang dengan utusan Tuhan beserta kitab sucinya, begitu juga Islam. Islam hadir sebagai agama penutup sekaligus penyempurna ajaran samawi yang murni atas perintah Allah Swt turut serta bersamanya risalah nubuwah, yakni Al-Qur’an. Sebagai upaya meningkatkan kualitas keislaman para muslim, STF UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan kembali program Belajar Islam untuk Profesional (Bispro) melalui Zoom meeting pada Selasa, 28 Maret 2023 dengan narasumber Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A (pakar ilmu AL-Qur’an dan tafsir; Wakil Dekan bidang administrasi umum Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta).
Kegiatan yang diadakan secara daring tersebut mengusung topik “Belajar Islam dari Sumbernya: Al-Qur’an”. Topik yang dipilih sengaja diletakkan pada sesi pertama dari serial shortcourse Bispro sebagai landasan pedoman muslim dalam hidup. Kelas yang diperuntukkan bagi kalangan profesional ini juga terbuka untuk umum, mahasiswa, serta dosen.
Al-Qur’an sebagai kitab induk bagi umat muslim yang selalu tertanam dalam bentuk aplikatif dalam kesehariannya, baik tutur atau perbuatan. Nabi Muhammad sejak awal menjalankan misi nubuwahnya selalu terekam jelas dalam tiap butiran ayat yang turun, karena bersinggungan dengan sebab sebagian besar terjadinya turun ayat adalah peristiwa yang ada di sekitar lokasi dakwah nabi.
Kitab suci yang dalam riwayatnya turun akibat adanya peristiwa pada masa dakwah nabi tetap saja relevan sepanjang zaman, karena sasaran yang disinggung dalam ayat-ayat qauliyah bagi seluruh hamba-Nya. Proses tersusunnya Al-Qur’an juga tidak sekali jadi, tapi secara berangsur-angsur (mutawatir). Dari proses ini saja Al-Qur’an sudah memiliki karakteristik luar biasa sekaligus pembeda dari kitab-kitab suci agama samawi sebelumnya.
Banyak pelajaran dari umat terdahulu sebelum Al-Qur’an turun yang mendapat kitab suci turun sekali jadi justru dari kalangan pengikut para rasul yang diutus belum siap mental dan berujung mengingkarinya. Episode demi episode kehidupan saat masa dakwah nabi terekam dalam ayat-ayat yang indah di dalam Al-Qur’an karena satu waktu mengandung perintah dan larangan.
Kodifikasi Al-Qur’an tidak kalah melelahkan saat itu. Atas inisiatif Umar bin Khatab yang kemudian menyampaikan kepada khalifah Abu Bakar as-Shidiq sempat mengalami perdebatan dengan alasan menjaga keaslian ayat Al-Qur’an, tapi di sisi lain melihat banyak penghafalnya yang gugur di medan perang. Hingga akhirnya tersusunlah mushaf dan disempurnakan tulisannya dengan tanda titik pada huruf-huruf yang mirip pada masa khalifah Utsman bin Affan, yang kelak dikenal dengan istilah mushaf Utsmani.
Ulama sebagai pewaris para nabi mempelajari Al-Qur’an dengan tekad yang sungguh dan menjaga ketat pertalian keilmuan dan bacaan Al-Qur’an. Hal ini dalam keilmuan Islam disebut sebagai sanad. Dr. Lilik Ummi Kaltsum menyampaikan dengan mengutip perkataan Ibnu Mubarak, “Kalau lah tanpa sanad, maka pasti akan berkata siapa saja yang dikehendaki dan apa saja yang dikehendaki”.
Menjaga sanad dalam keilmuan atau dalam istilah modern dikenal dengan genealogi keilmuan merupakan salah satu bentuk ikhtiar dan kewajiban dalam mempelajari ilmu keislaman. Islam datang dari Allah Swt melalui perantara malaikat Jibril yang selanjutnya diterima nabi Muhammad. Dari proses ini saja nabi Muhammad sudah bersanad kepada malaikat Jibril hingga bertemu pertaliannya ke Allah Swt.
Penulis: Abdurrahman Addakhil, Prodi Bahasa dan Sastra Arab, FAH UIN Jakarta